Saturday, May 18, 2013

IKTERUS NEONATORUM


IKTERUS NEONATORUM

A. PENGERTIAN
Ikterus adalah perubahan warna kulit atau sclera mata dari putih menjadi kuning karena
peningkatan kadar bilirubin dalam darah. Ikterus pada bayi yang baru lahir dapat merupakan suatu hal yang fisiologis, terdapat pada 25%-50% pada bayi yang lahir cukup bulan. Tapi juga merupakan hal yang patologis (tidak normal) misalnya akibat berlawanannya Rhesus darah bayi dan ibunya, sepsis (infeksi berat), penyumbatan saluran empedu, dan lain lain.
Ikterus fisiologis timbul pada hari ke-2 dan ke-3 dan tidak disebabkan oleh kelainan apapun, kadar bilirubin darah tidak lebih dari kadar yang membahayakan, dan tidak mempunyai potensi menimbulkan kecacatan pada bayi. Sampai hari ketujuh biasanya akan menghilang. Sedangkan pada ikterus yang patologis, kadar bilirubin darahnya melebihi batas, dan disebut sebagai hiperbilirubinemia.
IKTERUS FISIOLOGIS
Secara umum, setiap neonatus mengalami peningkatan konsentrasi bilirubin serum, namun
kurang 12 mg/dL pada hari ketiga hidupnya. Pola ikterus fisiologis pada bayi baru lahir sebagai berikut: kadar bilirubin serum total biasanya mencapai puncak pada hari ke 3-5 kehidupan dengan kadar 5-6 mg/dL, kemudian menurun kembali dalam minggu pertama setelah lahir.
Pola ikterus fisiologis ini bervariasi sesuai prematuritas, ras, dan faktor-faktor lain. Sebagai contoh, bayi prematur akan memiliki puncak bilirubin maksimum yang lebih tinggi pada hari
ke-6 kehidupan dan berlangsung lebih lama, kadang sampai beberapa minggu.

Faktor yang berperan pada munculnya ikterus fisiologis pada bayi baru lahir meliputi peningkatan bilirubin karena polisitemia relatif, pemendekan masa hidup eritrosit (pada bayi
80 hari dibandingkan dewasa 120 hari).



IKTERUS PATOLOGIS
Hiperbilirubinemia adalah kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi.Tingginya kadar bilirubin yang dapat menimbulkan efek patologi pada setiap bayi berbeda-beda. Dapat juga diartikan sebagai ikterus dengan konsentrasi bilirubin, yang serumnya mungkin menjurus ke arah terjadinya kernikterus/pewarnaan sel”otak oleh bilirubin bila kadar bilirubin tidak dikendalikan.
Ikterus yang kemungkinan menjadi patologi atau dapat dianggap sebagai hiperbilirubinemia ialah:
a)      Ikterus terjadi pada 24 jam pertama sesudah kelahiran
b)      Peningkatan kosentrasi bilirubin 5 mg% atau lebih setiap 24 jam.
c)      Konsentrasi bilirubin serum sewaktu 10 mg% pada neonatus kurang bulan dan 12,5 mg% pada neonatus cukup bulan.
d)     Ikterus yang disertai proses hemolisis.
e)      Ikterus yang disertai berat badan kurang dari 2000 gram, masa gestasi kurang
dari 36 minggu, asfiksia, hipoksia, sindrom gangguan pernapasan,infeksi, hipoglikemia.

b.
B. PENYEBAB
Penyebab ikterus pada bayi baru lahir dapat berdiri sendiri ataupun dapat disebabkan
oleh beberapa faktor antara lain :
1.      Produksi yang berlebihan. Hal ini melebihi kemampuan bayi untuk mengeluarkannya,
misalnya pada hemolisis yang meningkat pada inkompatibilitas darah Rh, AB0, golongan darah lain, defisiensi enzim G-6-PD, piruvat kinase, perdarahan tertutup dan sepsis.
2.      Gangguan dalam proses uptake dan konjugasi akibat dari gangguan fungsi hepar. Gangguan ini dapat disebabkan oleh bilirubin, gangguan fungsi hepar, akibat asidosis, hipoksia dan infeksi atau tidak terdapatnya enzim glukoronil transferase (sindrom criggler-Najjar). Penyebab lain yaitu defisiensi protein. Protein Y dalam hepar yang berperan penting dalam “uptake” bilirubin ke sel hepar.
3.      Gangguan transportasi karena kurangnya albumin yang mengikat bilirubin. Bilirubin dalam darah terikat pada albumin kemudian diangkat ke hepar. Ikatan bilirubin dengan albumin ini dapat dipengaruhi oleh obat misalnya salisilat, sulfafurazole. Defisiensi albumin menyebabkan lebih banyak terdapatnya bilirubin indirek yang bebas dalam darah yang mudah melekat ke sel otak.
4.      Gangguan ekskresi yang terjadi akibat sumbatan dalam liver (karena infeksi atau kerusakan sel liver). Gangguan ini dapat terjadi akibat obstruksi dalam hepar atau diluar hepar. Kelainan diluar hepar biasanya disebabkan oleh kelainan bawaan. Obstruksi dalam hepar biasanya akibat infeksi atau kerusakan hepar oleh penyebab lain.


C. PENATALAKSANAAN

Pemberian ASI (Air Susu Ibu)
Pada bayi yang kuning sebagian ibu-ibu menghentikan pemberian ASI. Justru pemberian ASI tidak boleh dihentikan, bahkan harus ditingkatkan (lebih kurang 10-12 kali sehari)3. Banyak minum ASI dapat membantu menurunkan kadar bilirubin, karena bilirubin dapat dikeluarkan melalui air kencing dan kotoran bayi4. Sedangkan pemberian banyak air putih tidak akan  menurunkan kadar bilirubin3.
Terapi sinar
Dilakukan di klinik atau rumah sakit. Caranya yaitu dengan memberikan sinar lampu berspektrum 400-500 nanometer pada kulit bayi.6,7,8 Dengan terapi sinar bilirubin dalam tubuh bayi dapat dipecah sehingga mudah larut dalam air, dieksresikan dengan cepat ke dalam kandung empedu dan dikeluarkan dari dalam tubuh3.
Transfusi tukar
Ialah suatu tindakan mengganti darah bayi yang mengandung kadar bilirubin yang sangat tinggi (lebih dari 20 mg/dl pada bayi usia 2 hari, lebih dari 25 mg/dl pada bayi usia lebih dari 2 hari) dengan darah donor yang sesuai dengan darah bayi.9

Terapi dengan sinar matahari
Terapi dengan sinar matahari saat ini masih menjadi perdebatan. Dasar pemberian sinar matahari karena sinar matahari mempunyai panjang gelombang sekitar 450-460 nm. Sinar yang mempunyai spektrum emisi pada panjang gelombang tersebut (warna biru, putih dan sinar matahari), akan memecah bilirubin menjadi zat yang mudah larut dalam air.
Bayi yang kuning dengan kadar fisiologis, dapat dijemur di bawah sinar matahari pagi antara pukul 07.00 sampai 09.00, adalah merupakan waktu yang paling efektif, jadi tidak dapat sepanjang waktu, serta belum terlalu panas. Penjemuran biasanya diberikan  selama lebih kurang 15 hingga 30 menit3. Bayi dijemur tanpa busana, lindungi mata dan kemaluan bayi dari sorot sinar matahari secara langsung4.
Beberapa ahli yang tidak setuju dengan penjemuran, berpendapat bahwa meletakkan bayi dibawah sinar matahari tidak akan menurunkan kadar bilirubin dalam darah. Malahan sinar matahari tersebut akan menyebabkan luka bakar pada kulit. Selain itu bayi akan kedinginan. Oleh karena itu yang terpenting ialah memberikan ASI secara cukup dan teratur pada bayi-bayi yang kuning, bahkan dengan frekuensi yang lebih ditingkatkan3.
Kuning ialah suatu pertanda, merupakan proses alamiah walaupun  dapat pula menjadi sesuatu yang patologis. Yang penting diperhatikan ialah kuning harus dapat dikendalikan sehingga tidak menjadikan bahaya. Penjemuran dengan sinar matahari masih dapat dilakukan dengan memperhatikan kondisi-kondisi yang menjadi kontra indikasi3. 




                                                                                    





PENUTUP
Kesimpulan
Warna kekuningan pada bayi baru lahir adakalanya merupakan kejadian alamiah (fisologis), adakalanya menggambarkan suatu penyakit (patologis). Disebut alamiah (fisiologis) jika warna kekuningan muncul pada hari kedua atau keempat setelah kelahiran, dan berangsur menghilang (paling lama) setelah 10 hingga 14 hari. Ini terjadi karena fungsi hati belum sempurna (matang) dalam memproses sel darah merah. Selain itu, pada pemeriksaan laboratorium kadar bilirubin (pigmen empedu) dalam darah tidak melebihi batas yang membahayakan. Kuning fisiologis biasanya tidak berbahaya karena akan cepat teratasi dengan berjalannya waktu.

Saran
Masalah ikterus bukanlah masalah yang mudah, karena itu penanganan dapat dilakukan sedini mungkin, dengan pemeriksaan resus pada ibu hamil, dan juga sebagai tenaga kesehatan, khususnya bidan, kita harus dapat memberikan informasi dan edukasi pada ibu agar dapat membantu penanganan ikterik yaitu dengan pemberian ASI eksklusif pada bayinya.










Daftar pustaka








No comments:

Post a Comment